Minggu, 06 November 2011

Partitur


Salam super sahabat semua. Kali ini saya ingin menulis sedikit coretan sederhana tentang apa itu partitur. Emm, sudah tau yah? Bagi sahabat yang sudah mengerti apa itu partitur sangat diharapkan koreksinya. Nah, bagi yang belum tau apa itu parttitur simak tulisan sederhana ini. Tulisan kali ini hanya berfokus kepada pengertian partitur itu sendiri. Sementara tips dan trik membaca dapat sahabat baca di sini.:nyengir:
Bagi yang ingin dan/atau sedang belajar musik pasti pernah mendengar istilah ini. Partitur (Paritutre dalam bahasa Inggris) merupakan suatu istilah umum yang mendeskripsikan atau merujuk mengenai kertas musik atau standar music notation.
Notasi musik adalah sistem penulisan karya musik. Dalam notasi musik, nada dilambangkan oleh not (walaupun kadang istilah nada dan not saling dipertukarkan penggunaannya). Tulisan musik biasa disebut partitur.
Notasi musik standar saat ini adalah notasi balok, yang didasarkan pada paranada dengan lambang untuk tiap nada menunjukkan durasi dan ketinggian nada tersebut. Tinggi nada digambarkan secara vertikal sedangkan waktu (ritme) digambarkan secara horisontal. Durasi nada ditunjukkan dalam ketukan. (Wikipedia)
Ada juga istilah lain yang kita kenal seperti Score, Sheet, lembran not balok, dan lain sebagainya.  Menurut saya semua adalah sama. Merujuk kepada satu maksud yaitu notasi musik (music notation). Semua tergantung kebiasaan sahabat aja mau menyebut apa. Kalau saya pribadi lebih senang menyebutnya partitur.
Lembar musik adalah tulisan tangan atau dicetak bentuk notasi musik yang menggunakan simbol musik modern, seperti-nya buku analog, pamflet, dll-media lembaran musik biasanya adalah kertas (atau, pada jaman dulu, perkamen), meskipun akses ke notasi musik dalam beberapa tahun terakhir termasuk juga presentasi pada layar komputer.
Penggunaan “sheet” Istilah ini dimaksudkan untuk membedakan musik pada kertas dari presentasi audio, yang akan terjadi dari rekaman suara, siaran, atau kinerja hidup, yang mungkin melibatkan video juga. Dalam penggunaan sehari-hari, “sheet music” (atau hanya “musik”​​) dapat mengacu pada publikasi cetak musik komersial dalam hubungannya dengan merilis sebuah film baru, menunjukkan, album rekaman, atau acara khusus atau populer lainnya yang melibatkan musik.
Skor adalah alternatif yang umum (dan lebih umum) istilah untuk musik lembaran, dan ada beberapa jenis nilai, seperti yang dijelaskan di bawah ini. (Catatan: nilai panjang juga dapat merujuk kepada musik insidental ditulis untuk sebuah drama, program televisi, atau film, karena yang terakhir ini, lihat skor film.)

Notasi Musik atau notasi musik adalah setiap sistem yang merupakan aurally dianggap musik, melalui penggunaan simbol-simbol tertulis. (Wikipedia)

Jika saya ditanya, mana yang lebih mudah, main musik hasil aransemen sendiri atau main musik dengan baca partitur, maka saya akan menjawab main musik dengan aransemen sendiri. Indeed. Main musik yang lebih sering diistilahkan sebagai playing music by ear itu benar-benar mengandalkan kemampuan dan sense of music dari pemainnya. Dan lebih mudah, karena kita bebas membunyikan alat musik semau kita, tidak dibatasi aturan apa pun.
Tapi sedikit sekali yang memiliki telinga setajam garputala bukan? Saya sendiri memiliki sense yang sangat terbatas, hanya sejauh nada-nada natural dengan progresi standar: C – A minor – D minor – G – C – F – G7 – C. Ketika lagu berprogresi naik atau turun, saya sudah tidak mampu melacaknya lagi. Kawan saya pernah dengan sebal mengambil gitar yang sedang saya mainkan untuk dia mainkan sendiri, karena kunci-kunci chord yang saya bunyikan sama sekali tidak akurat.
Karena tergantung pada perasaan, playing music by ear memiliki titik batasnya. Ini yang saya alami ketika belajar bermain gitar. Setelah hampir 12 tahun genjreng sana genjreng sini, saya merasa kok tidak bisa kemana-mana lagi. Tidak ada lagi yang bisa dieksplorasi. Saya tahu bahwa saya telah mencapai batas kemampuan.
Inilah sebabnya mengapa partitur musik itu perlu. Di dalam partitur terdapat berbagai macam ilmu-ilmu baru yang bisa mengasah perasaan lebih tajam lagi. Tetapi partitur itu sangat membosankan, karena:
Kecambah
Notasi musik yang sering disebut kecambah itu susah dipelajari, paling tidak ada tiga hal yang mesti ditaklukkan tentang notasi: (1) Menerjemahkan notasi musik menjadi nada; (2) Mencari letak nada itu di alat musik; (3) Dua hal di atas harus dilakukan dalam waktu yang sangat sempit karena segera disusul oleh nada yang lain. Bayangkan not-not 1/16 itu harus dimainkan dengan kecepatan 130 beat (Contoh: Turkish March, Wolfgang A. Mozart).
Tangga Nada Dasar Baru
Berapa jumlah nada dasar yang Anda kuasai? Saya hanya menguasai sedikit sekali tangga nada yang biasa saya mainkan. Nada C natural dan beberapa nada sharp seperti G (1#), D (2#), A (3#), E (4#), dan satu nada flat, yaitu F (1b). Kalau Glenn Fredly atau Yovie Widianto biasa membuat lagu-lagunya berprogresi naik satu setengah (misalnya dari C naik ke D#), jelas saya sudah pasti tidak bisa memainkannya sampai habis tanpa bantuan orang lain.
Partitur membuat (atau memaksa) kita belajar tangga nada baru yang sama sekali belum pernah kita mainkan. Clair de Lune-nya C. Debussy memaksa kita bermain di tangga nada 5 flat atau di D flat (Db). Atau Piano Sonate op. 13 “Pathetique” dari Ludwig van Beethoven, mengharuskan kita bermain di tangga nada 4 flat atau di A flat (Ab). Sangat jarang ditemukan karya-karya komponis besar musik klasik itu memakai tangga nada natural C.
Mengapa tidak dikonversi ke C saja biar mudah? Atau bagi yang memakai keyboard, mengapa tidak ditranspose saja? Konversi ke nada dasar C akan merusak esensi keseluruhan dari sebuah komposisi, khususnya komposisi musik klasik. Boleh percaya boleh tidak, tetapi para komponis itu memang memilih nada dasar yang sejiwa dengan musik yang mereka tulis. Saya pernah mencoba memainkan Clair de Lune di tangga nada C dan langsung kehilangan unsur magis dibandingkan ketika dimainkan di nada aslinya: D flat.
Fitur transpose menurut saya adalah teknologi yang lebih banyak mudharat-nya daripada manfaatnya. Transpose akan menghilangkan esensi belajar karena kita tidak akan pernah tahu tangga nada selain C. Lagipula, transpose akan berbahaya jika memainkan banyak lagu: lupa mengembalikan! Waktu awal-awal saya belajar piano, ketika asyik ber-jam session sore-sore dengan kawan-kawan sekantor, saya melakukan transpose untuk menyesuaikan dengan suara vokalis. Di lagu berikutnya, kawan saya yang pegang bass memarahi saya karena tiba-tiba suara keyboard saya fals. Ternyata saya lupa mengembalikan posisi transpose keyboard, he he he…
Pola Baru
Playing by ear biasanya menggunakan pola ritmik yang sama yang biasa kita mainkan dan kuasai. Misalnya, saya biasa memainkan pola bas berjalan 1-5-1-2-3 ajaran mahaguru Stenly untuk piano pop. Kalau baca partitur, setiap lagu memiliki pola ritmik yang berbeda-beda. Minuet-nya JS. Bach membuat jari kiri bekerja keras karena basnya terus berjalan. Dengan memperoleh pengetahuan baru tentang pola-pola musik, secara tak sadar itu akan meningkatkan skill playing by ear.

Referensi: 
http://blog.galihsatria.com/2010/07/25/belajar-partitur-musik/
http://www.rheinful.com/2011/03/apa-itu-partitur/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar