MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT
Diposkan oleh NoVaIRi HuSaINi Al-MunDzirI
Manusia sebagai makhluk individu, keluarga, dan
masyarakat oleh karenanya manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial
yang selalu hidup berkelompok atau berorganisasi dan membutuhkan orang
lain. Masyarakat merupakan wadah berkumpulnya individu-individu yang
hidup secara sosial, masyarakat terdiri dari ‘Saya’, ‘Anda’ dan ‘Mereka’
yang memiliki kehendak dan keinginan hidup bersama.[1]Kita
tahu dan menyadari bahwa manusia sebagai individu dan makhluk sosial
serta memahami tugas dan kewajibannya dalam stiap tatanan kehidupan
berkelompok dan dalam struktur dan sistem sosial yang ada.
Para sosiolog mengartikan masyarakat sebagai sebagai
kelompok di dalamnya terdapat orang-orang yang menjalankan kehidupan
bersama sebagai satu kesatuan yang diikat melalui kerjasama dan
nilai-nilai tertentu yang permanen.[2]
Oleh karena itu begitu menariknya judul yang kami
bahas ini sehingga kami mendapat tugas membuat makalah dengan judul
Manusia Sebagai Individu, Keluarga, dan Masyarakat, semoga makalah yang
kami buat ini dapat bermanfaat khususnya bagi pemakalah dan umumnya bagi
para pembaca, serta kami minta maaf apabila makalah ini belum sempurna
dan jauh dari yang diharapkan, oleh karenya kami meminta kritik dan
saran yang sifatnya mendukung untuk kemajuan makalah ini.
PEMBAHASAN I
1. MASALAH PENDUDUK
a. Pengertian penduduk
Dalam arti luas, penduduk atau populasi berarti
sejumlah makhluk sejenis yang mendiami atau menduduki tempat tertentu
misalnya pohon bakau yang terdapat pada hutan bakau, atau kera yang
menempati hutan tertentu. Bahkan populasi dapat pula dikenakan pada
benda-benda sejenis yang terdapat pada suatu tempat, misalnya kursi
dalam suatu gedung sekolah. Dalam kaitannya dengan manusia, maka
pengertian penduduk adalah manusia yang mendiami dunia atau
bagian-bagiannya (Ruslan H.Prawiro, 1981 : 3).
Pengertian penduduk yang ruang lingkupnya lebih
sempit adalah sekumpulan manusia yang duduk atau menempati pada wilayah
tertentu.
Sejarah perkebangan manusia selalu ditandai dengan
munculnya letupan-letupan yang menjadi ciri khas sekaligus yamg
membedakan satu masa dengan masa berikutnya. Titik pangkal letupan itu
lahir dari desakan keinginan dan kebutuhan manusia, yang yang makin lama
bertambah besar, sampai pada saat yang ditentukania dihadapkan pada
pencarian alternative jawaban dari pertanyaan klasik yang dilemparkan
oleh dirinya : bagaimana menghidupi populasi diinya yang terus menerus
membengkak.
b. Pertumbuhan penduduk
Sejak kapan manusia hidup di bumi tidak dapat
diketahui dengan pasti. Menjelang awal tahun Masehi jumlah penduduk
dunia kurang lebh 250 juta jiwa, dan pada jaman modern (renaissance)
sampai kira-kira tahun 1650 pendudukdunia mencapai jumlah 545 juta jiwa.
Sejak awal abad ke-18 penduduk dunia berjumlah 625
juta jiwa dan awal abad 20 mencapai 1.608 juta jiwa, tahun 1970 melebihi
3,5 milyard dan pada pertengahan tahun 1979 berjumlah 4.321 juta jiwa.
Tahun 2000 jumlah penduduk diperkirakan menjadi dua
kali jumlah pada tahun 1970.Bila usaha pengendalian penduduk dengan
program keluarga berencana berhasil, jumlah penduduk pada tahun 2000
akan berkurang dari perkiraan.
Sebab-sebab pertumbuhan penduduk
Populasi makhluk dipengaruhi banyak factor terutama
factor pangan (bahan makan) dan papan (ruanghidup), dan dari dua factor
tersebut, paling menentukan.
Manusia juga salah satu makhluk yang sama dengan
makhluk-makhluk lain dapat dipengaruhi pulaoleh factor pangan dan papan.
Namun karena manusia mempunyai kebudayaan yang terus berkembang,hukum
alamiah dan hukum jasmaniah sering diatasi dengan tingkah laku sosial
dan kebudayaan. Jika orang sadar bahwa ruang lingkup sudah terlalu
sempit, sehingga bahan makanan yang dapat disediakan oleh lingkungan
tidak akan mencukupi, dan juga komponen-komponen ruang makin berubah
tidak sesuai dengan hidupnya, ia akan bertindak mengurangi kelahiran,
sehingga tercapai keseimbangan serasi antara jumlah manusia dan ruang
lingkup.
Sejarah kehidupan manusia menunjukkan bahwa manusia
hidup pada mulanya mendapat kemurahan alam sekitar. Alam menyediakan
bahan makan yang cukup. Tingkat kebudayaannya masih rendah sebagai
pengumpul bahan makan. Bertambahnya penduduk bahan makanan yang tersedia
tidak mencukupi lagi.
Perkembangan selanjutnya, Kebudayaan manusia beralih
dari berpindah-pindah (nomad) ke opetanian tetap. Keebutuhan
makan dapat tercukupi sehingga ada kecenderungan penduduk bertumbuh
lebih cepat. Namun akhirnya bahan makanan tidak lagi mengimbangi
kebutuhan manusia yang terus bertambah sehingga pertumbuhan penduduk
menjadi lambat.
c. Penduduk Indonesia, sebuah kasus
Problem kependuduklan juga menghantui Indonesia
sebagai salah satu Negara dunia ketiga yang sedang giat-giatnya
membangun. Bila dilihat penyebabnya maka beberapa faktor yang mendorong
terjadinya problem kependudukan tersebut baik secara kauntitatif maupun
kualitatif, antara lain:
1. Kemajuan
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta peradaban manusia
terutama di bidang teknologi baru, pelayanan, kesehatan, pendidikan,
komunikasi dan lain-lain.
2. Dorongan
atau hasrat naluri manusia yang selalu memperoleh kondisi yang lebih
baik dari sebelumnya di dalam kehidupanya baik material maupun
intelektual.
3. Keterbatasan
kemampuan dukungan alam dan sumber alam serta dukungan lainnya yang
diperlukan.
4. Keamanan
dan kestabilan Negara terutama setelah pemerintah Orde Baru dengan titik
perhatian utama kepada usaha di bidang pembangunan telah membawa
pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan yang lebih baik.
2. HAKIKAT MASYARAKAT SEBAGAI WADAH PERGAULAN HIDUP
Telah kita maklumi bahwa penduduk adalah sekumpulan
manusia yang duduk atau menempati pada wilayah tertentu. Sedangkan
masyarakat merupakan kumpulan dari penduduk. Dalam hidup bermasyarakat,
satu sama lain saling membutuhkan. Manusia sebagai anggota masyarakat
mempunyai berbagai aktiviyas dan berinteraksi satu dengan yang lain
serta masing-masing memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam suatu daerah/wilayah tertentu kebutuhan
penduduk diharapkan dapat terpenuhi dari hasil daerah tersebut,
lebih-lebih pada daerah agraris di Indonesia penduduk suatu wilayahnya
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari wilayah tersebut dengan bekerja
mengolah tanah yang tersedia.
Suatu wilayah/daerah yang penduduknya terus
bertanbah, akhirnya jumlah tenaga kerja bertambah. Dengan luas tanah
yang terbatas (tidak dapat bertambah), maka pertambahan produksi bahan
pangan tidak dapat mengimbangi tambahnya jumlah tenaga kerja yang terus
bertambah. Kondisi yang demikian dinamakan terdapatnya tekanan penduduk
di daerah tersebut.
Kita kenal adanya dua jenis tekanan penduduk :
a)Tekanan penduduk yang absolute (mutlak) yang
digambarkan sebagai kesukaran mendapatkan suatu keperluan akan pangan,
sandang dan papan bagi kehidupan manusia.
Menurut Wagner, absolute over-population ini timbul
apabila dalam sauatu daerah tertentu dalam waktu twerbatas, bahan
kebutuhan hidup tidak dapat mencukupi lagi kehidupan penduduk daerah
tersebut dengan layak.
Tekanan penduduk yang absolute itu dapat diketahui
dengan menfgukur jumlah keperluan hidup yang dipergunakan perkapita.
Makin rendah jumlah tersebut yang tersedia. makin tinggi tekanan
penduduk absolutnya.
b) Tekanan
penduduk yang relative (nisbi) dapat dinyatakan sebagai suatu
tingkat tekanan yang dirasa orang setellah kekurangan dalam memenuhi
syarat kehidupannya, dan membandingkan dengan apa yang telah dinikmati
oleh orang lain atau golongan lain. Menurut Wagner pula, relative
over-population timbul apabila dalam suatu daerah tertentu dalam
waktu terbatas penduduk, terutama buruh tidak akan mudah memperoleh
pekerjaan yang sesuai dengan tingkat perekonomian yang ada dan tingkat
hidup yang layak.
Pembagaian Kerja dalam Masyarakat
Mata pencaharian, kegiatan ekonomi, merupakan suatu
aktiviyas manusia guna mempertahankan hidupnya dan memperoleh gidup yang
layak. Corak dan macam aktivitas berbeda sesuai dengan
kemampuanmasyarakat yang bersangkutan.
Sistem mata pencaharian hidup dari suatu masyarakay
makin lama makin bertambah banyak macamnya dan mengalami perubahan dari
zaman ke zaman. Pperbedaan dalam system mata pencaharian hidup ini
disebabkan adanya perbedaan sifat, bakat dan kemampuan serta tingkat
kebudayaan setempat.
Menurut Koentjaraningrat urutan system mata
pencaharian hidup adalah sebagai berikut :
1) Berburu
dan meramu
2) Perikanan
3) Bercocok
tanam di ladang
4 ) Bercocok tanam menetap
Sedangkan menurut Jones dan Darkenwald adalah
sebagai berikut :
1. Pengumpulan
2. Perburuan
3. Perikanan
4. Peternakan
dan pertanian (farming)
5. Kehutanan
6. Kerajinan dan perusahaan rumah tangga (manufacturing)
7. Industri,
pertanbangan dan pengangkutan
8. Perdagangan
Selain dari itu aktivitas dari kelompok manusia juga
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :
a. Kebutuhan
social
b. Kebutuhan
ekonomis dan politis
c. Keadaan
tingkat kebudayaan penduduk
d. Keadaan
lingkungan alam dan lingkungan sosialnya
3. Kebudayaan Sebagai Pengikat Kehidupan Bermasyarakat
Kebudayaan dan masyarakat adalah ibarat dua sisi
mata uang, satu sama lain tidak dapat dipisahkan.
Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi
akal.
Dengan demikian
kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi
atau akal.
Di samping kebudayaan ada kata kultur yang berasal
dari bahasa inggris culture. kulture berasal dari kata latin
yaitu colere yang diartikan sebagai daya dan kegiatan manusia untuk
mengolah dan mengubah alam. E.B. Taylor memberikan definisi
mengenai kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan,keilmuan social,hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
Selain kebudayaan ada kata peradaban (civilization). Para
ahli sosiologi membedakan kebudayaan dan peradaban. Peradaban dipakai
untuk technical skill (keteramplan tekhnik) seperti kemampuan membangun
bendungan, pembuatan gedung-gedung bertingkat, kapal-kapal laut dan
pesawat terbang.
PEMBAHASAN II
1. Individu
Kata “ Individu”
berasal dari kata latin, yaitu individuum, berarti “yang tak
terbagi”. Jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk
menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.[3] Arti
lainnya adalah sebagai pengganti “orang seorang” atau manusia
perorangan. Disini terlihat bahwa sifat dan fungsi manusia, sebagaimana
ia hidup di tengah-tengah individu lain dalam masyarakat.[4]
Individu bukan
berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi,
melainkan sebagai kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia
perorangan, dapat kita uraikan, bahwa individu adalah seorang manusia
yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya,
melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik
dirinya.
Makna manusia
menjadi individu apabila pola tingkah lakunya hampir identik dengan
tingkah laku massa yang bersangkutan. Proses yang meningkatkan ciri-ciri
individualitas pada seseorang sampai pada ia adalah dirinya sendiri,
disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri.
- Menuntut
ilmu pengetahuan, merekayasa teknologi serta memanfaatkannya untuk
kemakmuran dan kesejahteraan. Kesadaran tersebut mendorongnya untuk terus belajar.
Proses belajar berarti proses perubahan sikap dan perilaku dengan
mendapatkan pengalaman dan pelatihan.
- Menghiasi
diri dan budi pekerti dengan baik serta akhlak yang terpuji, setiap
tindakan dan perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat selalu bercermin
pada keindahan dan keelokan budi pekerti maka akan tercipata kesejukan
dalam kehidupan bermasyarakat,
2. Keluarga
Keluarga diartikan
sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai
makhluk sosial, yang ditandai dengan adanya kerja sama ekonomi. Fungsi
keluarga adalah berkembang biak, mensosialisasi, mendidik anak,
menolong, melindungi, atu merawat orang-orang tua (jompo). Bentuk
keluarga terdiri dari seorang suami, seorang istri, dan anak-anak yang
biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama ( keluarga inti). Secara
resmi terbentuk dari hasil perkawinan.[6]
Secara umum fungsi
keluaraga meliputi;[7]
1. Pengaturan
Seksual
Dapat dibayangkan
apabila tidak ada keluarga maka akan terjadi seks bebas yang diakibatkan
tidak adanya pengaturan seksual, oleh karena itu, disinilah fungsi
keluarga agar pengaturan seksual dapat dikontrol dan tidak ada lagi
kelahiran di luar nikah.
2. Reproduksi
Keluarga berfungsi
untuk membentuk keturunan, walaupan banyak yang berpandangan bahwa
banyak anak akan menambah beban hidup, dan ada pula yang mengharapkan
banyak anak untuk jaminan bagi orang tua di masa depan.
3. Sosialisasi
Sebelum
bersosialisasi dalam masyarakat ada halnya kita bersosialisasi terlebih
dahulu dalm keluarga agar terbebtuknya kepribadian, sikap, perilaku, dan
tanggapan emosinya, sehingga ketika kita bermasyarakat dapat diterima
dengan baik.
4. Kontrol sosial
Keluarga yang
berfungsi dalam sosialisai, yaitu bagi individu pada saat ia tumbuh
menjadi dewasa memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan
untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai
tujuan akhir pengembangan kepribadiannya.
3. Masyarakat
Dalam bahasa Inggris
masyarakat disebut juga society, asal katanya socius yang
berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab,
yaitu syirk, artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu
karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh
manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh unsur-unsur lain dalam
lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.
Tugas manusia
sebagai anggota masyarakat;
- Saling
tolong menolong dan bantu membantu dalam kebajikan
- Ikut
meringankan beban kesengsaraan orang lain
- Menjaga
dan memelihara keamanan, ketentraman dan ketertiban lingkungan dan
masyarakat
- Menghindari
perkataan dan tindakan yang menyakitkan orang lain sehingga tercipta
ketergantungan yang saling menguntungkan.
KESIMPULAN
Dari seluruh uraian mengenai relasi individu dengan
enam macam lingkungan sosial mulai dari keluarga sampai nasional, dapat
ditarik kesimpulan sementara, bahwa individu mempunyai makna langsung
apabila konteks situasional adalah keluarga atau lembaga sosial,
sedangkan individu dalam konteks lingkungan sosial yang lebih besar,
seperti masyarakat nasion, posisi dan peranannya semakin abstrak.
DAFTAR PUSTAKA
Soelaeman, Dr. M. Munandar. Ilmu Sosial Dasar.
Refika Aditama.2006
Bainar, Prof. Dr. Hajjah, dkk. Ilmu Sosial,
Budaya, dan Kealaman Dasar. CV. Jenki Satria. 2006
Agus, Bustanuddin. Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial
Studi Banding Pandangan Ilmiah Dan Ajaran Agama. Gema Insani.
Jakarta. 1999.