Rabu, 06 Juni 2012

UN dan kegelisahan siswa………
  Pernahkah kita sadari bahwa hari-hari menjelang dilaksanakan ujian nasional (UN) banyak siswa yang gelisah serta merasa terganggu dengan aneka ragam polemik dan kritikan? Mereka khawatir dan waswas terhadap isu terjadinya kecurangan benar-benar bakal terjadi. Lantas buat apa selama ini mempersiapkan diri menghadapi UN dengan belajar di sekolah, mengikuti les tambahan, dan bimbingan belajar jika pada akhirnya terkalahkan dengan praktik curang. 

    SETIAP menjelang pelaksanaan UN tidak pernah lepas dari polemik dan berbagai macam kritikan. Jika tahun lalu polemik berkisar perlu dan tidaknya UN dilaksanakan karena banyak pihak yang menilai pemborosan anggaran, membutuhkan biaya triliunan rupiah. Juga tidak sedikit pihak yang mempertanyakan tugas Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), jika kelulusan siswa harus ditentukan melalui UN dan beragam kritikan lain. Meski begitu, toh UN tetap dilaksanakan. Tahun ini, polemik tersebut tidak ada lagi. Yang muncul akhir-akhir ini adanya kekhawatiran bakal terjadi penyimpangan UN. Baik yang dilakukan oleh peserta ujian, para pengawas, maupun para guru sendiri termasuk kepala sekolah.
    Penyimpangan yang dimaksud meliputi kebocoran soal, beredarnya kunci jawaban, pengubahan kertas jawaban usai pelaksanaan UN, dan aneka ragam penyimpangan lainnya. Sebagai akibat dari penyimpangan tersebut muncul rasa ketidakadilan, seperti ada sekolah yang kurang bermutu dan diperkirakan jumlah kelulusannya rendah, ternyata justru sebaliknya, semua lulus. Sebaliknya, sekolah yang dianggap unggul, ternyata banyak siswanya yang tidak lulus. Ada juga yang mengaitkan kelulusan sekolah dengan kebijakan politik daerah setempat. Konon ada pimpinan daerah yang sudah memasang target agar kelulusan UN mencapai presentase tertentu.
    Akibatnya, kepala dinas pendidikan dan kepala sekolah harus bekerja keras agar target yang diinginkan kepala daerah tersebut dapat dicapai. Karena jika target tidak terpenuhi dikhawatirkan jabatannya akan di copot, karena jabatan kepala dinas dan kepala sekolah ditentukan oleh kepala daerah. Jujur harus diakui bahwa hasil UN bukan saja menjadi kebanggaan sekolah, tapi juga pemerintah daerah.
    Bahkan lebih dari itu, hasil UN akan menjadi penentu terhadap kelangsungan hidup sekolah yang bersangkutan. Pendek kata, kelulusan UN masih menjadi kebanggaan dan sebagai tolok ukur prestasi bagi semua pihak yang terlibat di dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan. Semua pihak tentu setuju, apapun kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah perlu untuk di evaluasi, terlebih yang berkaitan dengan dunia pendidikan, agar dapat diketahui sejauh mana kegiatan itu berhasil memenuhi target yang diinginkan.
    Sayangnya, dalam melontarkan polemik dan kritik banyak pihak yang tidak mempertimbangkan dampak negatif bagi para siswa yang sedang mempersiapkan diri menghadapi ujian. Harus disadari bahwa saat ini banyak para siswa yang mengaku terganggu dengan gencarnya pemberitaan di media masa, khususnya terkait dengan isu kebocoran soal dan kunci jawaban tadi.
    Meski baru sebatas kekhawatiran dan belum tentu terjadi, namun secara psikologis telah berpengaruh terhadap konsentrasi para siswa, khususnya mereka yang telah mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dalam menghadapi ujian. Untuk mengatasi berbagai kemungkinan terjadinya penyimpangan, Menteri Pendidikan Nasional telah mengambil kebijakan dengan menggandeng perguruan tinggi menjadi pengawas ujian nasional dan juga melibatkan pihak-pihak keamanan. Untuk mengatasi persoalan ini sesungguhnya bukan hal yang sulit, karena alur perjalanan distribusi dokumen UN sudah jelas, sejak dari pencetakan naskah, proses pengiriman, penyimpanan dan pendistribusian ke sekolah-sekolah.  Kuncinya hanya satu, masing-masing pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan UN memiliki komitmen moral untuk menciptakan UN yang benar-benar bersih.
    Sebaliknya, seketat apapun pengawalan dan pengawasan dilakukan, bahkan jika perlu naskah tersebut di simpan di kantor Polisi, namun jika komitmen moral itu sudah tidak ada maka penyimpangan sangat mudah untuk dilakukan. Maka yang terpenting bukan pada proses pengawasan dan sistem pengamanannya, namun mental manusianya. Ada baiknya semua pihak untuk tidak memperpanjang polemik yang mau tidak mau akan berakibat negatif terhadap anak-anak bangsa yang sedang menghadapi ujian. Toh tidak ada jaminan jika penyimpangan itu benar terjadi bakal ada tindak lanjut berupa penerapan sanksi, baik sanksi administrasi maupun hukum.
    Betapa banyak penyimpangan yang terjadi selama ini khususnya di lembaga pendidikan, seperti dana bantuan operasional sekolah (BOS), dana alokasi khusus (DAK), pemalsuan ijazah dan kegiatan pendidikan lainnya, nyatanya semua hilang begitu saja. Apa sesungguhnya yang sedang terjadi di dunia pendidikan kita saat ini? Mengapa tiba-tiba saja UN bagaikan sesuatu yang gawat dan menakutkan bagi sebagian besar para orang tua, guru dan juga siswa? Kebijakan Pemerintah yang salah atau wujud dari ketidaksiapan anak-anak kita? Dan masih banyak pertanyaan lain yang merupakan bentuk dari kebingungan masyarakat dalam mengikuti polemik ini, karena sejak jaman dulu setiap yang bersekolah pasti mengalami ujian.
    Penulis justru berpikir lain, apakah  ujian  seperti itu memang masih relevan dengan perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan yang ada sekarang. Dulu di saat ilmu pengetahuan dan informasi masih terbatas, maka kecakapan para siswa harus di ukur atau dievaluasi dari seberapa banyak bahan pelajaran yang berhasil dikuasai dan dihafalkan. Sekarang ini informasi dan ilmu pengetahuan telah terbuka melalui internet dan dapat diakses dengan mudah oleh para siswa, sehingga jika ujian dilaksanakan seperti itu, maka beban yang harus ditanggung oleh para siswa akan menjadi semakin berat.
    Mestinya sejalan dengan perubahan zaman, maka cara menguji dan mengevaluasi prestasi siswa juga ikut di ubah, bukan lagi menghafal materi pelajaran, namun menjadi seberapa jauh para siswa sanggup beradaptasi dengan kecepatan terhadap membanjirnya informasi dan ilmu pengetahuan itu. Saat sekarang ini yang diperlukan adalah kemampuan berkolaborasi dan bekerja sama, seberapa pintar para siswa membangun dan melakukan kerja sama untuk mendapatkan temuan hal-hal baru. Maka yang perlu dikhawatirkan saat ini, jangan sampai produk pendidikan  hanya berhasil memenuhi kebutuhan tenaga kerja tingkat rendahan dan tidak mampu beradaptasi dengan tuntutan zaman, akibat dari penerapan pendidikan yang kurang tepat.
Beri Motivasi Siswa
    Hal yang penting untuk dilakukan saat ini adalah memberikan motivasi kepada para siswa bahwa UN bukanlah hantu yang harus ditakuti. Motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri seseorang. Bila seseorang memiliki motivasi tinggi maka seberat apapun tantangan yang ada di hadapannya akan mampu diatasi. Karena itu, menumbuhkan motivasi yang tinggi bagi siswa adalah langkah awal yang harus dilakukan. Tentu saja tidak mudah untuk menumbuhkan motivasi atau gairah belajar yang tinggi. Bagi sekolah unggul, jauh-jauh hari telah melakukan pendekatan khusus dengan pengklasifikasian siswa dari siswa yang memiliki high motivation sampai low motivation, untuk selanjutnya dibuat progress report.
    Semua pihak dituntut untuk memahami faktor yang mempengaruhi kesuksesan dalam belajar. Di antaranya, lingkungan sekitar, sarana belajar, dan cara belajar. Lingkungan sekitar meliputi orang tua, guru dan teman. Kepada siswa harus kembali diyakinkan bahwa dalam menentukan kelulusan bukan hanya dari nilai UN, tetapi juga nilai-nilai ujian sekolah. Meski UN tahun ini lebih ringan dibandingkan dengan tahun yang lalu, para siswa tetap harus melakukan persiapan, khususnya mempersiapkan mental agar tidak down saat ujian nanti. Hal yang tidak kalah penting adalah support dari orang tua dan orang-orang terdekat.
    Banyak orang tua yang bersikap apatis terhadap proses pendidikan anak, dengan alasan sibuk dan berbagai alasan lainnya. Orang tua yang bijak tentu akan meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak yang akan menghadapi ujian. Komunikasi yang disertai dengan doa dari orang tua akan menjadi modal dan kekuatan yang maha dahsyat bagi si anak dalam menghadapi setiap tantangan, termasuk ujian nasional. Hampir sebagian besar anak meyakini bahwa doa dari orang tua dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memperteguh keyakinan bahwa dirinya bisa melakukan sesuatu yang pada awalnya penuh ragu.
    Hipnosis motivasi juga merupakan hal yang sangat positif karena waktunya sangat tepat di saat anak akan menghadapi ujian nasional. Hari-hari ini bukanlah saat yang tepat menuntut anak agar mengurung diri untuk belajar. Justru yang diperlukan mereka saat ini adalah suasana tenang, santai dan harmonis di tengah keluarga. Untuk menghilangkan kejenuhan, tidak ada salahnya jika orang tua mengajak anak keluar rumah walau hanya sekedar menghirup udara segar.
    Seyogyanya para orang tua perlu memahami bahwa pendidikan harus mampu memunculkan tiga kesadaran bagi anak, yakni kesadaran bertujuan, kesadaran berprestasi dan kesadaran berefleksi terhadap dirinya sendiri. Kita tentu berharap agar pelaksanaan UN tahun ini dapat memberikan pelajaran yang berharga bagi siswa, tidak hanya mendapat nilai yang sesuai dengan standar kelulusan, tapi juga merasakan bagaimana sikap harus bekerja keras untuk memperoleh sesuatu dalam kemandirian. Kepada putra-putri bangsa yang akan menempuh UN selamat berjuang untuk menggapai sukses dan masa depan. 

OPINI : bahas UN memang negangin, karena saya sudh merasakan 2x , apalagi saat menunggu hasil, mau copot jantung rasanya karena benar – benar bikin strezzz. memang UN adalah akhir dari kegiatan kita saat menjadi siswa, disitu ujung dari semua kegiatan yang kita lakukan sisekolah, namun kegelisahan yang bukan main – main, karena apapun hasil jawaban dari kita akan menentukan masa depan kita kedepannya, jika lulus maka akan duduk dibangku baru, tapi jika sebaliknya tidak lulus harus mengulang dan manenggung malu pada semua orang, tentunya kita tidak ingin kan mengecewakan orang tua.
            Maka dari itu, sebelum melaksanakan UN, kita harus benar – benar mempersiapkan diri, supaya diri kita benar – benar siap saat melaksanakn UN, dan kita harus yakin bahwa kita pasti bisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar